INVESTASI AIR MASA DEPAN: MENABUNG DAN SEDEKAH AIR
Perairan
di permukaan bumi memiliki luas hampir dua kali lebih besar dibanding dengan
luas daratan, atau bisa dikatakan, 2/3 dari seluruh permukaan bumi merupakan
perairan. Rincian air di seluruh dunia, menurut Matthews (2005), 97% berada di
samudera sebagai air asin, sisanya sebesar 3% berada di daratan sebagai air
tawar. Begitu besarnya potensi air di bumi juga berkaitan dengan kelangsungan
hidup manusia. Manusia dan hewan bisa hidup tanpa makan, namun tidak bisa jika
tanpa air. Dalam bidang pertanian pun, air mutlak diperlukan. Sehingga, dalam
bidang pertanian disebutkan bahwa kekeringan merupakan bencana terparah dibandingkan
bencana lain seperti banjir atau hama.
Air
mengalami perjalanan tiada henti di permukaan bumi. Dari tempat semula, berubah
wujud, kemudian kembali lagi ke tempat semula. Sebuah siklus yang dialami oleh
air yang dinamakan siklus hidrologi. Secara alami, air mengalir dari tempat
tinggi ke tempat rendah. Sungai-sungai mengalirkan air menuju laut. Apakah
berhenti sampai di situ? Tentu saja tidak. Dalam perjalanannya, air mengalami
penguapan sehingga membentuk awan, dan terjadilah hujan. Air hujan ada yang
langsung jatuh ke laut, sungai, danau, atau rawa. Ada juga yang langsung
meresap ke dalam tanah atau jatuh ke tanaman yang pada akhirnya juga akan
meresap ke dalam tanah. Air yang meresap ke dalam tanah ada yang disimpan
sebagai air tanah, ada juga yang kembali menguap, dan kembali menjadi awan,
lalu hujan. Jadi, jika kita perhatikan, air selalu mengisi setiap sisi di ruang
bumi ini, baik ruang darat, ruang laut, ruang udara, ruang laut, bahkan ruang
di dalam bumi.
Meskipun
air terdapat hampir di setiap ruang bumi, bukan berarti itu semua dapat
digunakan sebagai pemenuhan jatah hidup manusia. Sudah disebutkan bahwa dari
keseluruhan air yang terdapat di permukaan bumi, 97 % berupa air asin, hanya 3
% yang berupa air tawar. Artinya, air tawar lebih sulit didapatkan dibandingkan dengan air asin. Padahal,
manusia lebih memerlukan air tawar untuk kebutuhan rumah tangga seperti mandi,
minum, memasak, mencuci dan sebagainya, dibandingkan dengan air asin.
Data
statistik yang dikeluarkan oleh UNESCO (1978) mencatat bahwa jumlah air tawar
di bumi adalah 35.029.210 km3 dengan rincian air tanah sebanyak
98,89 % dan air permukaan (danau, rawa, sungai, air biologi, air di udara)
sebanyak 1,11 %. Komposisi air tanah tawar jauh lebih besar dibandingkan dengan
komposisi air permukaan. Walaupun begitu, perlu diperhatikan bahwa pengambilan
air tanah tawar tidak boleh seenaknya. Pengambilan air tanah yang berlebihan
akan menyebabkan penurunan ketersediaan yang besar dan membutuhkan waktu
pengisian yang relatif lama. Pada musim penghujan, ada kelebihan air permukaan
yang besar namun pengisian air tanah kecil. Pada musim kemarau sebaliknya, air
permukaan turun drastis, sehingga pada akhirnya hanya mengandalkan air tanah.
Itu semua sangat tergantung dari tata guna lahan dan kondisi geomorfologi suatu
wilayah. Perlu dilakukan gerakan menabung air untuk menyimpan air
sebesar-besarnya dan membaginya ke tempat lain yang kekurangan air.
Menabung
pada dasarnya adalah menyimpan. Bisa menyimpan uang, barang, atau lainnya.
Menabung dilakukan untuk menyimpan sesuatu untuk kemudian dapat digunakan
kembali. Air pun juga dapat ditabung. Konsep menabung air sebenarnya sama
dengan menabung uang, yaitu menampung air untuk disimpan dan mengeluarkannya seperlunya.
One River, One Plan, and One Integrated
Management
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis
pantai terpanjang di dunia hampir sepanjang 17.000 km. Dengan luas wilayah
lebih dari 5.000.000 km2 dan ratusan pulau-pulau, baik pulau besar
maupun pulau kecil, setiap wilayah di Indonesia memiliki karakteristik yang
berbeda satu sama lain. Perbedaan karakteristik tersebut antara dipengaruhi
oleh batuan, material permukaan, serta asal proses yang menyebabkan perbedaan
bentang permukaan lahan di bumi. Bentangan permukaan lahan dengan karakteristik
tertentu yang disebut dengan bentuklahan, akan berpengaruh terhadap karakteristik
serta keterdapatan air, terutama air tanah.
Wilayah pegunungan akan memiliki ketersediaan air
yang berbeda dengan wilayah perkotaan, ataupun wilayah pantai. Sebagai contoh,
Jakarta dan Semarang merupakan kota di atas bentukan delta sungai. Tempat
seperti ini akan mudah tergenang oleh air dibandingkan dengan Ungaran,
Magelang, Sleman atau tempat-tempat lain yang berada di lereng gunung. Karena,
berdasarkan sifat air, air mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah. Daerah
pegunungan banyak muncul mataair alami dan pemunculan sungai-sungai. Dari hulu
sungai, air tersebut dialirkan melewati lereng-lereng yang lebih rendah,
sehingga akan berakhir di hilir, menuju laut atau samudera. Tidak semua
dialirkan, sebagian ada yang meresap sebagai airtanah. Daerah pegunungan
bervegetasi merupakan daerah resapan yang baik, resapan yang baik di wilayah
hulu, akan berakibat baik juga untuk wilayah hilir. Apa akibat baiknya? Banjir
dapat diminimalisir.
Dalam satu sistem DAS
(Daerah Aliran Sungai), terdapat sungai utama dan anak-anak sungai, dimana
terdapat wilayah hulu, tengah dan hilir. Satu sistem DAS adalah satu bagian
yang tak dapat dipisahkan, sehingga pengelolaannya pun harus menjadi satu
kesatuan. Jika daerah hulu rusak, maka daerah tengah dan hilir akan menjadi
korban. Jika daerah tengah juga rusak, maka daerah hilir semakin menjadi
korban. Maka, pengelolaan suatu sistem DAS tidak dapat dipisah-pisah, harus
terintegrasi dari hulu sampai hilir. Manajemen terintegrasi terhadap
pengelolaan suatu sistem sungai merupakan salah satu cara menabung air. Jika
pengelolaan sesuai, maka air dapat disimpan pada lapisan akuifer sehingga tidak
mengalir tanpa kendali dan tidak terbuang percuma.
Memanen Hujan
Cara lain menabung air adalah dengan memanen air
hujan. Memanen air hujan atau rain water harvesting
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menyimpan air, terutama
air hujan. Pemanenan air hujan pada dasarnya adalah mengakumulasikan dan
menyimpan air hujan untuk kebutuhan air minum, air untuk ternak, kebutuhan
rumah tangga, irigasi, atau mengisi kembali cadangan akuifer. Pemanenan
diperoleh dari cucuran bangunan rumah atau tempat-tempat yang disediakan khusus
untuk menampung air hujan.
Pemanenan air hujan efektif dilakukan pada
daerah-daerah dengan iklim kering dan semi kering (> 4 bulan kering
berturut-turut sepanjang tahun atau 3-4 bulan tanpa hujan sama sekali); pada
kawasan dimana produksi tanaman pangan terbatas karena rendahnya ketersediaan
air tanah; atau pada lahan berlereng yang kondisi fisik tanahnya buruk sehingga
tidak dapat menyimpan air.
Sistem pemanenan air
hujan bisa dilakukan secara sederhana, bisa juga dilakukan dengan sistem yang
sangat kompleks. Sistem pemanenan air hujan sebaiknya disesuaikan dengan
kondisi lingkungan dan kebutuhannya. Untuk pertanian, bisa memakai sistem
kontur, freestanding system, maupun
sistem pematang lengkung. Daerah dengan curah hujan antara 200 – 750 mm dengan
topografi cenderung datar dan tersedia banyak batuan misalnya, dapat
menggunakan sistem kontur. Sistem kontur merupakan sistem pemanenan yang paling
sederhana menggunakan pematang batu, barier vegetasi, maupun gundukan seresah.
Wilayah dengan
topografi tidak rata dan pengolahan tanah sulit dilakukan atau berupa lahan
rusak lebih sesuai menggunakan teknik freestanding
system. Teknik ini menggunakan lubang penanaman dimana sejumlah pupuk
ditempatkan pada benih tanaman di suatu lubang. Pada umumnya digunakan untuk
rehabilitasi lahan kritis. Sistem lainnya adalah memakai pematang lengkung
setengah lingkaran yang terdiri atas tangkapan air yang berjajar mengikuti
garis kontur untuk meminimkan bahaya erosi. Cocok digunakan untuk menangkap dan
menampung air runoff di titik
terendah. Sistem pematang lengkung pada umumnya digunakan pada semua tipe tanah
yang cocok digunakan untuk produksi tanaman pertanian serta memiliki solum
tanah dalam.
Sistem pemanenan air
hujan untuk kebutuhan rumah tangga menurut Janette Worm & Tim van Hattum
(2006) memerlukan tiga komponen dasar, yaitu: 1) catchment, penangkap air hujan, bisa berupa atap; 2) delivery system, sistem penyaluran air
hujan dari atap melalui penampungan; dan 3) storage
reservoir, tempat penyimpanan air hujan, bisa berupa tong, bak penampungan
air hujan, atau kolam.
Berbagi Air
Panen air hujan hanya dapat dilakukan pada saat
musim hujan saja. Jika hujan berhenti dan terjadi musim kemarau panjang,
biasanya terjadi kekosongan pada penampung-penampung air hujan. Jika hal ini
terjadi, perlu solusi lainnya, yaitu: berbagi air. Wilayah-wilayah yang
mempunyai cadangan bersih dan berlimpah bahkan berlebihan mungkin tidak perlu
melakukan panen air hujan, tapi perlu untuk membagi kelebihan air untuk wilayah
lain yang kekurangan air sehingga terjadi pemerataan sumber daya air.
Masyarakat penghuni wilayah kering biasanya akan
membeli air manakala kekeringan panjang melanda dan kehabisan air. Beban hidup
di daerah seperti itu biasanya sudah berat. Jika ditambah dengan membeli air
setiap hari, tentu saja semakin menambah angka kemiskinan dan menambah beban
hidup. Solusi berbagi air untuk daerah yang kekurangan air dapat dilakukan oleh
penduduk di daerah yang kelebihan air. Konsep berbagi air ini mirip dengan
sedekah. Jika sedekah biasanya dilakukan dengan uang, uang tersebut bisa
diganti dengan air.
Setiap rumah tangga di daerah berlebih air dapat
menyisihkan beberapa liter air di rumahnya untuk ditampung secara komunal,
kemudian dikirimkan ke daerah-daerah terdekat yang kekurangan air atau bisa
juga diambil langsung oleh yang memerlukan. Namun, perlu dipikirkan sistem
terbaik untuk menjalankan gerakan berbagi air ini, agar tidak ada pihak yang
dirugikan, baik pihak si pemberi air, maupun pihak penerima air.
artikel ini diikutsertakan dalam lomba menulis yang diadakan oleh AQUA (AIR DAN KEHIDUPAN)
nice post :D
BalasHapusgood
BalasHapus